Selasa, 20 November 2012

Mewariskan Keimanan dengan Cinta



       Keluarga adalah madrasah pertama (Madrasatul Aula) bagi anak-anak. Tempat itu bagaikan taman bermain yang indah disertai dengan guru-guru yang penuh senyum mengajarinya. “Anakku yang sholeh dan sholehah tahukah adik siapa yang menciptakan kita?” dengan tersipu mereka menjawab, “Emm... siapa Bunda?” Sang Bunda dengan lemah lembut menjawab, “Allah, sayang. Dialah yang menciptakan kita.” Keluarga menjadi tempat anak-anak kita bertanya tentang dunia ini, dan dengan segala tabiat kepolosan mereka yang menunjukan kefitrahannya.
            Orangtua berkewajiban mendidik anak-anak mereka dan bukanlah guru-guru mereka di taman kanak-kanak tapi ayah dan bunda. Mengajari anak-anak kita tentang keimanan adalah wujud kita menyerahkan tongkat estafeta iman yang menghujam dalam dada. Hal ini karena kita mendidik anak untuk generasi yang berbeda dengan generasi kita. Rasulullah saw. bersabda:
            Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanyayaitu kitab Allah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya”. H.R. Hakim
Dari Ali r.a. ia berkata : Rasulullah saw. bersabda:
            “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al Quran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al Quran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. H.R. Ad Dailami
            Banyak ayat-ayat Al –Quran dan hadits yang mengindikasikan tentang pentingnya mendidik anak serta langkah taktisnya. Jika kita mampu membina anak kita maka sebenarnya kita telah menyiapkan generasi yang unggul di masa yang akan datang. Dengan kata lain kitalah para orangtua yang sebenarnya berperan dalam memajukan atau menghancurkan umat ini. Sehingga layaklah bahwa keluarga disebut dengan madrasah pertama. Karena ialah yang akan mewariskan keimanan atau kefasiqan.
Wallahua’lam bi showab.

Akhindriyanto al Samaraji
Ikhwatul fatihu Da’wah

Menggenggam Dunia Akhirat dengan Ilmu




Pada hakikatnya setiap kegiatan kita adalah hasil dari ilmu yang telah kita dapatkan. Aktivitas makan umpamanya, hal itu akan terjadi jika seseorang telah mendapatkan ilmu tentang bagaimana tata cara makan. Dalam Islam ilmu memiliki prioritas yang tinggi. Hal ini karena Islam adalah ilmu. Islam adalah pembuka tabir keilmuan yang terpendam, hingga mencuat layaknya kotak harta karun yang lama tersimpan.
Dunia adalah ladang akhirat (Ad dunya mazra’atul aakhirah). Tentu dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena akan sangat berpengaruh satu sama lain. Bisa saya simpulkan bahwa sebenanya kunci kesuksesan dunia akhirat adalah dengan ilmu. Dalam hadits yanng diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim rasulullah saw. Bersabda:
“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menjadikan keylife kunci kehidupan yang akan yang akan memuliakan orang yang mengamalkannya. Makna doa yang banyak disebut sebagi Doa Sapu Jagad  karena begitu kompleksnya makna yang terkandung di dalamnya, juga mengisyaratkan yang demikian. “Rabbana aatina fiddunnya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzabannar” Ya Tuhan kami berikanlah kehidupan dunia yang baik dan di akhirat yang baik serta jauhkanlah kami dari azab neraka.
Dan semua itu bisa kita dapatkan dengan ilmu. Sebuah kunci yang bisa membedakan kualitas ibadah manusia, dan kunci menuju terbukanya ilmu-ilmu selanjutnya. Saudaraku, jika antum adalah orang hendak mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat dari Allah maka ilmuilah. Insya Allah itulah sang pembuka pintu rahmat dan keberkahan dari Allah.

Akhukum
Akhindriyanto al Samaraji

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More