Selasa, 20 November 2012

Mewariskan Keimanan dengan Cinta



       Keluarga adalah madrasah pertama (Madrasatul Aula) bagi anak-anak. Tempat itu bagaikan taman bermain yang indah disertai dengan guru-guru yang penuh senyum mengajarinya. “Anakku yang sholeh dan sholehah tahukah adik siapa yang menciptakan kita?” dengan tersipu mereka menjawab, “Emm... siapa Bunda?” Sang Bunda dengan lemah lembut menjawab, “Allah, sayang. Dialah yang menciptakan kita.” Keluarga menjadi tempat anak-anak kita bertanya tentang dunia ini, dan dengan segala tabiat kepolosan mereka yang menunjukan kefitrahannya.
            Orangtua berkewajiban mendidik anak-anak mereka dan bukanlah guru-guru mereka di taman kanak-kanak tapi ayah dan bunda. Mengajari anak-anak kita tentang keimanan adalah wujud kita menyerahkan tongkat estafeta iman yang menghujam dalam dada. Hal ini karena kita mendidik anak untuk generasi yang berbeda dengan generasi kita. Rasulullah saw. bersabda:
            Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanyayaitu kitab Allah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya”. H.R. Hakim
Dari Ali r.a. ia berkata : Rasulullah saw. bersabda:
            “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al Quran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al Quran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. H.R. Ad Dailami
            Banyak ayat-ayat Al –Quran dan hadits yang mengindikasikan tentang pentingnya mendidik anak serta langkah taktisnya. Jika kita mampu membina anak kita maka sebenarnya kita telah menyiapkan generasi yang unggul di masa yang akan datang. Dengan kata lain kitalah para orangtua yang sebenarnya berperan dalam memajukan atau menghancurkan umat ini. Sehingga layaklah bahwa keluarga disebut dengan madrasah pertama. Karena ialah yang akan mewariskan keimanan atau kefasiqan.
Wallahua’lam bi showab.

Akhindriyanto al Samaraji
Ikhwatul fatihu Da’wah

Menggenggam Dunia Akhirat dengan Ilmu




Pada hakikatnya setiap kegiatan kita adalah hasil dari ilmu yang telah kita dapatkan. Aktivitas makan umpamanya, hal itu akan terjadi jika seseorang telah mendapatkan ilmu tentang bagaimana tata cara makan. Dalam Islam ilmu memiliki prioritas yang tinggi. Hal ini karena Islam adalah ilmu. Islam adalah pembuka tabir keilmuan yang terpendam, hingga mencuat layaknya kotak harta karun yang lama tersimpan.
Dunia adalah ladang akhirat (Ad dunya mazra’atul aakhirah). Tentu dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena akan sangat berpengaruh satu sama lain. Bisa saya simpulkan bahwa sebenanya kunci kesuksesan dunia akhirat adalah dengan ilmu. Dalam hadits yanng diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim rasulullah saw. Bersabda:
“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menjadikan keylife kunci kehidupan yang akan yang akan memuliakan orang yang mengamalkannya. Makna doa yang banyak disebut sebagi Doa Sapu Jagad  karena begitu kompleksnya makna yang terkandung di dalamnya, juga mengisyaratkan yang demikian. “Rabbana aatina fiddunnya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzabannar” Ya Tuhan kami berikanlah kehidupan dunia yang baik dan di akhirat yang baik serta jauhkanlah kami dari azab neraka.
Dan semua itu bisa kita dapatkan dengan ilmu. Sebuah kunci yang bisa membedakan kualitas ibadah manusia, dan kunci menuju terbukanya ilmu-ilmu selanjutnya. Saudaraku, jika antum adalah orang hendak mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat dari Allah maka ilmuilah. Insya Allah itulah sang pembuka pintu rahmat dan keberkahan dari Allah.

Akhukum
Akhindriyanto al Samaraji

Kamis, 06 September 2012

Spiritual Quotient Dasar dari Quotient lainnya


Kecerdasan adalah salah satu aspek terpenting dalam diri seseorang. Kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah juga dipengaruhi oleh kecerdasannya. Spiritual Quotient (kecerdasan Spiritual) adalah aspek yang paling penting. Jenis kecerdasan yang dicetuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall inilah yang menjadi puncak kecerdasan –kecerdasan lainnya.
Spiritual Quotient adalah bentuk implikasi dari bagaimana seorang individu memahami hakikat dirinya dengan hubungannya kepada Tuhan. Ketika seorang insan sudah memahami hal ini maka secara otomatis dia akan memiliki kecerdasan lainnya (Emotional Quotient dan Intelegent Quotient).
Hal ini terbukti dengan realitas yang ada. Seseorang yang dikatakan sholeh bukanlah orang yang selalu sibuk dengan aktivitas peribadahan (maghdhoh) saja namun juga harus dibuktikan dalam tindakan-tindakan yang mengindikasikan bahwa ia orang sholeh.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?” Q.S. Al Ankabut : 2
Seseorang yang cerdas spiritualnya akan menjadi pribadi yang semangat dalam menuntut ilmu (Intelegent). Begitu pula, ia juga akan memiliki kemantangan untuk bersikap baik pada dirina maupun orang lain (Emotional). Untuk itu dari segi aplikatif kesholihan itu ada tiga: shoih secara fiqroh, sholih secara hati, dan sholih secara amal. Kesemuanya ini terangkum dalam satu kecerdasan yang sering disebut dengan Spiritual Quotion.

Salam Pendidikan
Akhindriyanto Al Samaraji

Jumat, 27 Juli 2012

“MENDIDIK ANAK ADALAH KEWAJIBAN ORANGTUA”



Oleh : Mas Indriyanto

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. At Tahrim : 6 yaitu


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

            Ayat ini memumjukkann perintah dati Allah Swt. kepada orang-orang beriman agar mendidik dirinya dan keluarganya agar terbebas dari siksa neraka. Begitu dahsyatnya perintah ini. Ternyata pendidikan yang dilakukan seseorang terhadap keluarganya akan berujung pada surge atau neraka. Hal ini haruslah kita sadari bahwa ternyata dalam mendidik keluarga (memelihara dari api neraka) haruslah memiliki konsep yang matang. Layaknya profesi lainnya yang harus membutuhkan skill, maka sebagai orangtua haruslah memiliki kemampuan pula dalam mendidik anak-anaknya.
Hal yang perlu kirta sadari bahwa menjadi orangtua tidak hanya takdir namun juga sebagai pembuktian eksistensi kita kepada Allah Swt. Bagaimana ia bisa dikatakan orangtua sedangkan ia tidak pernah mendidik anaknya atau tidak memperhatikannya.
            Sungguh sangat miris ketika ada orangtua yang mengatakan kepada anak-anak mereka dengan sebutan yang tidak baik. Misalkan: anak nakal, anak tidak tahu sopan santun, atau bahkan anak setan. Nastaghfirullah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa orang tua yang telah berbuat demikian dan memberinya hidayah dan taufik.
Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda,
 “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?. Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus.
(Hadits tersebut ditakhrij oleh Bukhori, Muslim, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Mardawaeh)
Dan diperkuat lagi dalam Q.S. At Tin: 4 
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.

            Anak-anak kita adalah masterpiece produk sempurna dari Zat Yang Mahasempurna. Mereka pun masih dalm keadaan suci (fitrah) hingga masa akhil baligh (mampu menentukan baik dan buruk). Maka rasanya tidak pantas ketika ada manusia sempurna lagi suci kemudian kita labelisasi dengan kata-kata negatif. Anak-anak kecil pun memiliki pola duplicating activities (meniru tindakan) yang kuat. Jika anak kita telah dicap “nakal”, maka jangan salahkan anak jikalau perilakunya sering menyimpang. Karena ia merasa sebagai anak nakal bukan anak baik, maka pantaslah berbuat demikian.
Satu hal yang menjadi catatan bagi kita dalam mendidik keluarga (anak) aalah kesabaran. Allah Swt. berfirman: 

“ dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Q.S. Taha: 132

Semoga kita mampu menjadi insane yang beriman dan mampu memelihara diri kita an keluarga kita dari api neraka.
Tips dari saya:
1.      Perbanyaklah kuantitas pertemuan dengan anggota keluarga Anda, namun jangan sampai melalikan dari Allah Swt. Q.S. Al Munafiqun: 9.
2.      Berilah apresiasi positif terhadap perkembangan anggota keluarga (khususnya anak) yang menunjukkan ke arah positif.
3.      Berdoalah kepada Allah Swt. terhadap usaha dan harapan Anda kepada keluarga.
4.      Niatkan diri sebagai investasi akhirat.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw. bersabda:
 “Apabila manusia telah mati, terputuslah amalannya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Demikian pula sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah r.a.:
 “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di jannah, kemudian ia berkata: ‘Wahai Rabbku, dari mana ini?’ Maka Allah berfirman: ‘Dengan sebab istighfar (permintaan ampun) anakmu untukmu’.” (HR. Ahmad)

Selasa, 26 Juni 2012

MASJID SEBAGAI SARANA DAKWAH DAN PENDIDIKAN DI TIMOR TIMUR (Sekarang Timor Leste)


 Di Timor Timur mushala yang pertama di bangun adalah di daerah Toko Tujuh, Kampung Arab (Desa Lecidere). Ketika itu sekitar tahun 1712 M, mushala tersebut sering digunakan sebagai sarana salat Jumat , salat fardu berjamaah, salat Id, atau digunakan sebagi tempat berkumpul ketika memperingati hari-hari besar Islam walaupun masih dalam kondisi yang sangat sederhana. Waktu itu, peleaksanaan seluruh kegiatan masjid masih sangat diwarnai oleh tradisi Hadramaut yang berurat dan berakar dalam kebiasaan masyarakat sekitarnya hingga kini. Oleh karena itu, sekarang ini kita masih akan menemukan kebiasaan membaca Barzanji pada setiap malam Jumat ketika anak diakikahi, dikhitan, ketika doa syukuran, atau ketika mengadakan walimah pernikahan. Di musahala ini dibacakan juga doa awal dan tutup tahun pada setiap akhir bulan Zulhijah. Setiap malam Jumat sering juga diadakan pembacaan doa bagi para arwah umat Islam yang telah meninggal dan mendoalan agar mereka mendapat tempat di sisi Allah. Ketika masyarakat Islam Dili dikenalkan wiridan dan ratib al-hadad yang  merupakan permohonan keselamatan dan perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai malapetaka. Pada setiap Ramadhan pun, selain diadakan salat taeawih dan witir, juga diadakan tadarus Al-Quran bersama. Hari-hari besar Islam pun diperingati secara sedderhana di mushala dengan membaca Barzaji Maulid yang disertai dengan kumandang zikir dan hadrah yang dipimpin oleh seorang imam dan dilanjutkan dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW. Setiap tanggal 10 Muharam diadakan doa Asyura yang diawali puasa sunnah pada 9 dan 10 Muharram yang dilaksanakan setelah salat magrib. Pada setiap 15 Syaban atau pada peringatan Nisfu Syaban ada pembacaan doa, salat sunnah, dan pembacaan surat Yasin tiga kali berturut-turut. Ketika itu peringatan-peringatan atau tata cara ibadah imat Islam itu tidak menimbulkan masalah bagi penganut agama lain maupun bagi kalangan pemerintah Portugal.



MASJID AN-NUR PERIODE INTEGRASI (1976/1977)

Pada tanggal 17 Juli 1976 terjadilah peristiwa yang sangat dinanti-nantikan, yaitu integrasi Timor Timur kea lam wilayah Republik Indonesia. Perjuangan seluruh rakyat Timor Timur yang tak mengenal lelah menghasilkan pemberian kebebasan kepada rakyat untuk membentuk partai rakyat dan menentukan nasib sMereka diperbolehkan menyelenggarakan pemilihan umum sehingga rakyat terbagi ke dalam unsure rakyat yang pro-Portugal dan pro-Indonesia, atau membuat partai tersendiri.
Pada saat-saat menjelang integrasi, Kampung Alor merupakan basis perjuangan integrasi. Sering sekali para pemimpin partai, yang ketika itu diketuai oleh Arlando dos reis Araujo dan Fernando Jose Osorio Soares sebagai wakil presiden partai mengadakan rapat-rapat partai di Kampung Alor bersama pejuang integrasi dari umat Islam. Dari Kampung Alor inilah muncul gerakan yang menuntut integrasi, yang kemudian melahirkan sukarelawan Indonesia.
Bantuan sukarelawan Indonesia kembali memulihkan ketenangan masyarakat Dili sehingga rencana pembangunan masjid An-Nur terlaksana tahun 1976. Masjid kecil itu diperbesar dan ditambah kubah. Mereka bekerja sama dengan anggota ABRI dari Batalion 501 Brawijaya. Pengurus masjid An-Nur pun mulai dibentuk di bawah pimpinan H. Salim Musallam Syagran, sekretaris H. Abdullah Musallam Syagran, dan Ketua Seksi Pembangunannya Ambarak bin Ahmad Bazhier, dibantu oleh pengurus lainnya.
Selain menangani berbagai pembanguanan sarana ibadah yang bersifat lahiriah, umat islam Timor Timur pun berupaya meningkatkan sumber daya umat Islam melalui peningkatan kualitas pendidikan. Upaya yang dilakukan ketika itu adalah mengirimkan putra daerah Timor Timur untuk belajar di pondok pesantren Pulau Jawa. Sebagai realisaasi, pada tahun 1977, pengurus masjid An-Nur yang bekerja sama dengan Tim Bantuan Teknis Departemen AGAMA Dili dan Bintal Kodahankam Timor Timur mengirimkan beberapa remajamuslim ke pondok pesantren yang ada di Jakarta atau di Pulau Jawa.
Setelah menamatkan pendidikannya, siswa-siswa terpilih tersebut kembali ke Dili. Sebagian dari mereka melanjutkan ke sekolah umum di Dili, ada juga yang menjadi pegai negeri. Dan mereka yang menekuni pendidikan tambahan di SPG Negeri Dili diangkat menjadi guru agama di sekolah Dasar Negeri Dili atau sekolah-sekolah lainnya.
Dari tahun ke tahun, berkat pembinaan dari Departeman Agama dan Pemda setempat uyang disertai semangat dakwah umat Islam dalam membina dan melaksanakan pembangunan bidang agam, kemajuan umat Islam Dili mulai Nampak. Awal-awal untegrasi digunakan untuk membangun berbagai sarana keagamaan, hinggga masjid, mushala, madrasah, dan panti asuhan mulai bermunculan. Kegiatan-kegiatan social pun mulai mereka garap. Tentu saja semua itu terdorong oleh rasa syukur dan semangat dakwah demi kemajuan Timor Timur khususnya dan pembangunan Negara Indonesia pada umumnya. Mereka betul-betul mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan di Balibo yang kemudian dikenal Deklarasi Balibo, tanggal 30 November 1975.

MASJID: PUSAT PENDIDIKAN ISLAM

Sekitar tahun 1910 hingga 1916/1917, umat Islam Dili mendatangkan seorang guru dari Atapupu, Kabupaten Belu (NTT) untuk mengajar di masjid yang dibangun pada periode II (sekarang berada di Jalan Antonio de Carvalho), Lecidere, Dili. Guru dari Atapupu itu bernama Ali at-Tamimi yang diberi honor dari sumbangan umat Islam. Ketika Alu at-Tamimi kembali ke Nusa Tenggara Timur, kegiatan belajar-mengajar sempat mengalami kevakuman.
Tahun 1926 hingga tahun 1937/1938, umat Islam Dili kembali mendatangkan guru agama. Kali ini, guru yang didatangkan adalah guru terkenal dari Batavia, Habib Abdurrahman bin Ali al-Habsyi. Beliau membina madrasah Dili hingga 1938. Pada tahun 1938, beliau kembali ke Batavia untuk kemudian pindah ke Makassar beserta keluarganya, dan wafat di sana.
Masih tahun 1938, imam masjid An-Nur, Abdullah bin Salim Balafif meninggal dunia sehingga mulailah musyawarah pengangkatan imam. Hasilnya, H. Hasan Abdullah Balafif diangkat menjadi imam sekaligus menjadi guru madrasah pengganti Habib Abdurrahman dari tahun 1938 hingga 1992. Ketika itu, H. Hasan Abdullah Balafif baru selesai belajar agama di Arab. Beliau pun pernah menjadi imam, khatib, dan guru mengaji pascaperang Jepang di mushala Loromato (Komoro Dili) yang kemudian digantikan oleh H. Abdullah Basyarewan karena beliau mendirikan masjid An-Nur di Kampung Alor tahun 1955/1956. Sejak tahun 1976 hingga 1977 beliau pun bertugas menjadi imam dan wakil imam di masjid An-Nur hingga kini. Ketika itu pelajaran yang diberikan adalah Al-Quran, bahasa Arab, bahasa Indonesia (Melayu), ilmu agama Islam, olah raga, dan praktik salat. Pada tahun 1976/197, beliau berhenti menjadi guru madrasah karena usia sudah lanjut. Karena itu, bulan April tahun 1977, pengurus masjid mengontak tenaga guru baru ke Kupang.
Pada perkembangan selanjutnya, karena jumlah murid semakin membengkak sementara tenaga pengajar asngat terbatas, pada awal tahun ajaran 1978, H. Abdullah Basyarewan diangkat sebagai guru Madrasah Diniyah dan H. Hasan Balafif sebagai Pengawas/Kepala Madrasah. Dengan adanya tenaga tambahan tersebut, kegiatan belajar-mengajar dan pembagian kelas menjadi agak teratur. H. Abdullah Basyarewan mengajar TK serta SD kelas I, II, III dalam satu ruangan, kemudian ruangan mereka disebut ruangan I. Penulis mengajar kelas gabungan dari kelas IV hingga kelas VI dalam ruangan lain yang disebut ruangan II.
Pada pertengahan tahun 1978, pengurus membuka Taman Kanak-Kanak agar tidak mengganggu anak-anak SD dengan pimpinan H. Abdullah Basyarewan. Kesulitan tenaga pengajar menyebabkan pengurus madrasah meminta bantuan Rahimah Daeng untuk menjadi guru Bantu di Taman Kanak-Kanak. Namun guru bantu itu berhenti karena merasa terlalu berat jika harus mengajar di Taman Kanak-Kanak. Pengawas atau kepala sekolah, H. Hasan Balafuf bertugas mengawasi kegiatan belajar-mengajar dan membantu kami dalam pelajaran praktik salat.

PERKEMBANGAN MADRASAH DINIYAH AN-NUR

Sejak tahun 1977 hingga 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya An-Nur-lah satu-satunya madrasah tempat menggodok generasi muda di Timor Timur. Dengan demikian, fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir. ANak didik sering mendapatkan bantuan alat-alt tulis. Sekitar tahun 1978, madrasah pun sempat memperoleh bantuan jam dinding dan sejumlah alat tulis dari Istri Panglima Kodahankam Timor Timur. Kanwil Departemen Penerangan Provinsi Timor Timur pernah memberikan pesawat televise; Kwartir Nasional Pramuka memberikan kitab terjemahan AL_Quran senyak 30 Juz, pakaian seragam pramuka, terjemah Juz Amma, serta kelengkapan lainnya.
Berkat keuletan pengurus masjid An-Nur, secara bertahap Madrasah Diniyah An-Nur ditingkatkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan pada tahun-tahun berikutnya berhasil membuka Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan tenaga pengajar baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dili. Dengan demikian, madrasah yang terdapat di Timor Timur adalah Madrasah Ibtidaiyah Swasta, Taman Kanak-Kanak, Nadrsah Tsanawiyah, Madrash Aliyah, dan madrasah yang khusus mempelajari Al-Quran (TPA). Kepala Madrasah, TK, dan TPA ayang ada di lingkungan Yayasan An-Nur adalah Usman Humole (Madrasah Ibtidaiyah); Roefi’af (Madrasah Tsanawiyah); H. Ghairil Asrori Yahya (Madrasah Aliyah); serta Hj. Faizah al-Hamidi, B.A. (Taman Kanak-Kanak dan TPA).
Selain madrasah yang telah disebutkan di atas, Yayasan An-Nur pun mendirikan Taman Kanak-Kanak Paralel di Maliana Kabupaten Bobonaro yang dikepalai oleh Ainur Rafiq. Selain itu, Yayasan An-Nur pun mendatangkan dai-dai dari Jawa melalui Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya dan Dewan Dakwah Islamiah Jakarta. Mereka yang tiba di Dili tahun 1981 adalah H. Sumitro Mangku Sasmito, M. Abidin, Subchan, Abu Salamah, Yazud Saleh, Syafi’in Nur Alim, Ahmad Muhtadi, M. Rois, Abdul hamid Alvin, Ahwan, Fauzi Ridwan, Maftabah, Ainur Rafiq, Ashari Rabun, M. Juamidi, Roefi’an, dan lain-lain. Para dai itu dating dating dalam tiga tahap, yaitu tahun 1981, 1983, 1985. Selain itu, siswa-siswa yang dahulu dikirim ke pondok pesantren Sulawesi Selatan, Jawa, dan lain-lainnya, telah berdatangan dan diangkat sebagai dai atau guru agama di madrasah-madrasah Timor Timur.

Dirangkum dari :
JUDUL BUKU     : ISLAM DI TIMOR TIMUR
PENULIS             : AMBARAK A. BAZHER
PENERBIT           : GEMA INSANI PRESS
                                Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta 12740
                                Telp. (021) 7984391 – 7984392 – 7988593
                                Fax. (021) 7984388
CETAKAN           : Pertama, Dzulhijjah 1415 H – Mei 1995 M
ISBN                     : 979–561–319-7
HALAMAN         : 142 halaman

Rabu, 06 Juni 2012

Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Sarana Menciptakan Generasi Rabbani Di Masa Datang




Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah lembaga tingkatawal dalam proses pendidikan spiritual. Lembaga yang berada di bawah bimbingan Kementrian Agama ini memiliki peran yang strategis dalam menciptakan generasi yang sholeh dan sholehah sedari dini. Rasulullah bersabda : “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat” (HR. Bukhari).
Dalam Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang musyrik.” Lalu seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana pendapat engkau kalau anak itu mati sebelum itu?” Beliau menjawab: “Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.” Hal ini menunjukkan pendidikan bagi anak-anak memiliki urgensi tersendiri.
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan. Bahwa sebagian besar orang yang di masa dewasanya memiliki kebiasaan baik, terutama shalat lima waktu dengan rajin adalah karena di masa kanak-kanaknya (mulai SD-SMP) memiliki kebiasaan yang serupa dan dibina secara mendalam, baik melalui pengajian-pengajian maupunpendidikan keagamaan di sekolah mereka. Salah satu lembaga pendidikan spiritual yang mewadahi hal-hal tersebut adalah Diniyah Takmiliyah Awaliyah. Sebuah lembaga yang tidak hanya membina, namun juga menerapkan pola kebiasaan positif bagi peserta didiknya.
Dalam lembaga ini santri dan santriwati akan diajarkan tentang teori dan praktik keagamaan yang diharapkan bisa diamalkan secara continue hingga masa akhir mereka. Mereka adalah cikal bakal dari generasi selanjutnya. Maka hendaknya kita mempersiapkannya. Salah satunya melalui Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Di kabupaten Bandung , sertifikat Diniyah Takmiliyah Awaliyah menjadi salah satu prasyarat untuk masuk ke tingkat SMP.
Muncul persepsi apakah di DTA santri-santrinya hanya disuruh mengaji saja? Jawabannya tidak. Berbagai aktivitas yang akan memunculkan nilai krativitas juga menjadi agenda lembaga ini. Misalnya unjuk bakat, mulai dari lomba cerdas cermat, tahfidz, keolahragaan, dsb.
Dalam hal ini penulis juga turut memberikan sumbangsihnya. Yaitu dengan mendirikan kembali lambaga tersebut dengan nama DTA Al-Ikhlas yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Gg. Siliwangi  VI RW 05 Kelurahan Sukamulya Kecamatan Cinambo Kota Bandung.  
Sesuai yang dikutip dari INILAH.COM, Bandung bahwa  PKS Kota Bandung akan mengusulkan rancangan peraturan daerah (Raperda) Madrasyah Diniyah kepada DPRD dan Pemkot Bandung.Pengajuan Raperda tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan pendidikan anak-anak di Madrasyah Diniyah.
"Sampai saat ini Pemkot Bandung belum memiliki Perda tersebut, padahal sebagai kota agamis harusnya sudah memilikinya. Seperti Serang Provinsi Banten telah memiliki perda tersebut," tutur Ketua Bidang Kebijakan Publik Budi Haryana kepada wartawan di sela-sela acara Silaturahmi Akbar PKS DPD Kota Bandung, di GOR KONI Jalan Jakarta Kota Bandung, Minggu (11/9/2011).http://www.pks-diy.com/2011/09/pks-bandung-usul-pembuatan-perda.html

Hal ini semoga menjadi titik terang bagi lembaga-lembaga terkait dalam mewujudkan generasi rabbani di masa yang akan datang. Bukan hal yang mustahil, ketika dari berbagai elemen masyarakat sudah memberikan dukungan terhadap lembaga ini, generasi yang gemilang  sholeh dan sholihah bisa terwujud  pada masanya. Wallahu’alam.
                                                                                  
                                                                                  Penulis
                                                                                  Akhindriyanto
                                                                                              Kepala DTA AL Ikhlas



Minggu, 03 Juni 2012

Rasulullah saw. Sang Guru Sejati


 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More